Monday 30 November 2009

Confession of My Broken Heart

My dearest, Audiazky...

Maaf jika aku marah, maaf jika aku diam, maaf jika aku tidak percaya.
Aku hanya merasa bahwa apa yang kamu katakan adalah hal yang sebenarnya ingin kamu katakan.
Aku mencintaimu sekarang,
Aku menginginkanmu sekarang,
Aku mengasihimu sekarang.
Bagiku kemarin adalah sejarah, bagiku sekarang yang terpenting, dan bagiku esok adalah misteri.
Kata-katamu membuatku berfikir bahwa hari ini adalah sejarah sekaligus misteri bagiku, namun hari ini adalah yang terpenting bagimu.
Aku memberitahu padamu sesuatu yang tidak memerlukan sebuah komentar apalagi saran, namun kamu memberikanku sebuah saran. Saran yang menyakitkan. Saran yang tak pernah aku minta.
Aku kecewa, aku sakit, aku sedih, karena aku tidak pernah memintamu melakukan apa yang dia lakukan, tapi kamu memberikan saran yang seolah-olah aku meminta kamu untuk memberikan sesuatu kepadaku lebih dari sekedar rasa sayang untuk hari ini.

Maaf jika aku diam. Aku hanya sedang berfikir, apakah ini nyata atau hanya mimpi buruk semata.

Maaf jika aku tidak percaya. Aku hanya sedang berusaha bahwa apa yang kamu katakan adalah benar salah paham.

Aku yang menyayangimu,
Fhattya


~ o ~ o ~ o ~


Anestya menggenggam erat surat yang telah dibacanya. Surat yang dititipkan sahabatnya, Fhattya, untuk kakak semata wayangnya, Audyazki. Matanya menerawang, berfikir.
"... hari ini adalah sejarah sekaligus misteri bagiku, namun hari ini adalah yang terpenting bagimu," bisik Anestya pelan, mengucapkan salah satu kalimat yang tertulis disurat itu.

No comments: