"aku akan selalu ada untuk kamu, meski kamu bahagia dengannya, karena ku yakin pada akhirnya kamu milikku", hanya sepenggal kalimat namun mampu membuat aku menggigil ditengah malam ini.
Tuhan, salahku kah yang hadir dalam hidupnya? Namun salah Tuhan memberiku kesempatan bertemu dengannya.
Aku tak menampik bahwa aku menyayanginya, tapi aku menyesal rasa sayang ini membuatku menderita. Menderita karena dia masih mencoba dan mengharapkannya, menderita karenanya masih memikirkan dia disela-sela memikirkanku, dan menderita karena keegoisanku yang tak ingin melepaskanya.
Aku mencoba bertahan dalam rasa sakit. Apa aku masih mempercayainya? Dalam hal rasa cinta, tentu tidak. Tapi aku merasakannya, meski pada kenyataan sebelum dia hadir merusak segala rasa percayaku, aku merasakan hal yang sama: rasa cintanya padaku itu nyata.
Masihkah aku harus mempercayai rasaku yang pernah mengkhianati diriku sendiri ini?
-----------------------
Mataku terpejam namun otak ini terus bekerja. Lelah. Cukup sudah rasa mengharap ini.
Pernahkah berfikir "jangan sedih, semua akan baik-baik saja"? Aku berfikir seperti itu. Dulu. Bukan sekarang. Bukan disaat semua orang mendapat perlakuan yang sama dengaku olehmu.
Ini tidak akan baik-baik saja. Itu yang paling benar.
Aku mengkhawatirkan diriku sendiri karena kamu lebih mengkhawatirkannya dibandingkan aku sendiri. Aku tidak peduli padamu karena kamu tidak sepeduli kamu padanya terhadapku.
Ini bukan soal keadilan, ini soal bagaimana kamu memperlakukan orang yang kamu sebut cinta. Kepercayaan tidak bekerja untuk kita. Namun aku percaya kamu akan jauh lebih bahagia jika bukan aku yang kamu cintai, khawatirkan, dan/atau pedulikan.
----------------------
Saat hati ini tertutup, karena hanya dapat menerima cintamu, apakah kamu melakukan hal yang sama? Demi Tuhan, tidak ada manusia lain yang aku cintai selain dirimu. Namun tiada manusia lain pun yang membuatku gelisah seperti sekarang ini.
Apa yang membuatku seperti ini?
Pengalaman atau murni dari hati?
Tetap saja keduanya adalah hal terindah dan termenyakitkan yang pernah ku alami. Dan kenyataan terpahit adalah disaat sebuah pilihan yang memberatkan jawaban meninggalkanmu.
Berusaha mencintai, menerima, atau memaafkan dirimu adalah hal mudah bagiku. Namun meninggalkan atau melupakanmu adalah hal yang sulit.
Ya, sulit. Namun tetap harus aku jalani, meninggalkanmu jauh lebih baik untuk semuanya, meski bukan baik untukku.
semua yang ditulis disini adalah berupa pengalaman/cerita/informasi kehidupan pribadi/orang banyak, ada yang menghibur ada juga yang engga penting, namun tetap bisa dibaca (jika ingin) :D
Wednesday, 23 March 2011
Thursday, 10 February 2011
Saya Bukan Jemaat Ahmadyah
Saya bukan jemaat Ahmadyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahamadyah. Namun sungguh disayangkan dengan apa yang terjadi pada tanggal 6 Februari 2011 lalu, yang lebih dikenal dengan sebutan "Tragedi Cikeusik". Apa yang terjadi pada tragedi hari itu adalah sebuah pembunuhan yang keji, jahiliyah, tak bermoral dan sangat biadab.
Saya bukan jemaat Ahmadyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahamdyah.. Namun saya mengutuk mereka yang sudah membunuh dengan biadab dengan dalih Agama serta mengumandangkan takbir. Sugguh tak mencerminkan seorang muslimin, dan Islam adalah agama yang penuh demean kasih sayang bukan kekerasan.
Saya bukan jemaat Ahmadyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahmadyah.. Namun saya mengenal satu keluarga jemaat Ahmadyah (Qadiyan). Mata saya tidak buta, dan hati saya pun tidak gelap. Mereka yang mengatakan bahwa Ahamadyah ini itu dengan segala keburukan yang tersebar mengenau jemaat adalah sebuah fitnah.
Saya bukan jemaat Ahamdyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahmadyah.. Namun alhamdulillah Allah swt mempertemukan saya dengan mereka yang jemaat Ahmadyah Qadiyan bukan Lahore, arena dengan begitu saya menjadi tahu hal yang sebenarnya dari fitnah-fitnah yang terlanjur tersebar.
Saya bukan jemaat Ahmadyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahmadyah.. Namun dengan ucapan saya yang menyangkal fitnah orang-orang terhadap jemaat membuat saya dimusuhi. Padahal tidak ada dari mereka (jemaat) yang memaksa saya untuk mengikuti mereka. Ini mata saya, dan saya hanya telah membuktikan isu-isu yang beredar mengenai jemaat.
Saya bukan jemaat Ahamadyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahmadyah.. Namun saya ingin memberitahukan dan meluruskan fitnah yang telah kita sebarkan mengenai jemaat Ahmadyah. Segala sesuatu yang ada pada ajaran Ahmadyah adalah sama adanya dengan Islam yang kita yakini. Mereka (jemaat Qadiyan) tidak melarang saya untuk shalat dimesjidnya, syahadat mereka sama, mereka tidak menganggap saya kafir, dan mereka pun pergi haji ke Mekkah. Ya benar adanya mengenai bagaimana Ahamadyah mentafsirkan "khataman nabiyyin" dengan yang kita tafsirkan. Diluar satu hal itu, lain halnya adalah fitnah.
Saya bukan jemaat Ahmadyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahamdyah. Namun meski begitu tidaklah pantas kita yang hanya manusia biasa mengambil kuasa Allah swt dalam menghakimi suatu kaum. Dan mohon ingat kembali bahwa "fitnah lebih kejam dari pembunuhan", sebaik-baiknya sikap adalah jangan menyebarkan isu dan/berargumen jika kita tak mengetahuinya secara langsung. Semoga Allah swt menunjukan kebenaran yang hakiki.
Saya bukan jemaat Ahmadyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahamdyah.. Namun saya mengutuk mereka yang sudah membunuh dengan biadab dengan dalih Agama serta mengumandangkan takbir. Sugguh tak mencerminkan seorang muslimin, dan Islam adalah agama yang penuh demean kasih sayang bukan kekerasan.
Saya bukan jemaat Ahmadyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahmadyah.. Namun saya mengenal satu keluarga jemaat Ahmadyah (Qadiyan). Mata saya tidak buta, dan hati saya pun tidak gelap. Mereka yang mengatakan bahwa Ahamadyah ini itu dengan segala keburukan yang tersebar mengenau jemaat adalah sebuah fitnah.
Saya bukan jemaat Ahamdyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahmadyah.. Namun alhamdulillah Allah swt mempertemukan saya dengan mereka yang jemaat Ahmadyah Qadiyan bukan Lahore, arena dengan begitu saya menjadi tahu hal yang sebenarnya dari fitnah-fitnah yang terlanjur tersebar.
Saya bukan jemaat Ahmadyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahmadyah.. Namun dengan ucapan saya yang menyangkal fitnah orang-orang terhadap jemaat membuat saya dimusuhi. Padahal tidak ada dari mereka (jemaat) yang memaksa saya untuk mengikuti mereka. Ini mata saya, dan saya hanya telah membuktikan isu-isu yang beredar mengenai jemaat.
Saya bukan jemaat Ahamadyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahmadyah.. Namun saya ingin memberitahukan dan meluruskan fitnah yang telah kita sebarkan mengenai jemaat Ahmadyah. Segala sesuatu yang ada pada ajaran Ahmadyah adalah sama adanya dengan Islam yang kita yakini. Mereka (jemaat Qadiyan) tidak melarang saya untuk shalat dimesjidnya, syahadat mereka sama, mereka tidak menganggap saya kafir, dan mereka pun pergi haji ke Mekkah. Ya benar adanya mengenai bagaimana Ahamadyah mentafsirkan "khataman nabiyyin" dengan yang kita tafsirkan. Diluar satu hal itu, lain halnya adalah fitnah.
Saya bukan jemaat Ahmadyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahamdyah. Namun meski begitu tidaklah pantas kita yang hanya manusia biasa mengambil kuasa Allah swt dalam menghakimi suatu kaum. Dan mohon ingat kembali bahwa "fitnah lebih kejam dari pembunuhan", sebaik-baiknya sikap adalah jangan menyebarkan isu dan/berargumen jika kita tak mengetahuinya secara langsung. Semoga Allah swt menunjukan kebenaran yang hakiki.
Friday, 7 May 2010
Song of The Week
Song of The Week :
1. Aku Siap Patah Hati - Shandy
2. Beda - Andity
3. Aku Kecewa - VOO
4. Sudahi Perih Ini - d'massive
5. Kamu Nyata - Roy (Boomerang)
1. Aku Siap Patah Hati - Shandy
2. Beda - Andity
3. Aku Kecewa - VOO
4. Sudahi Perih Ini - d'massive
5. Kamu Nyata - Roy (Boomerang)
Thursday, 6 May 2010
End of A in The First M
"Tuhaaaaannn..." pekik aku dalam hati sesaat setelah membaca sms menjijikkan itu. Dengan degup jatung yang sama saat aku menemukan sms datar sebulan yang lalu, dan tanpa berfikir panjang pula aku pun memberikan handphone miliknya dengan setengah memaksa agar dirinya membaca isi sms yang baru saja aku baca tersebut.
Ku perhatikan sekilas ekspresi wajahnya sebelum aku kembali ke layar televisi, wajahnya yang pucat karena baru saja bangun dari sakit menjadi semakin pucat setelah membaca sms itu. Padahal aku yakin sekali, beberapa hari sebelumnya, bukan wajah pucat yang dia pancarkan saat membaca sms itu, namun wajah memerah karena tergoda atau mungkin bangga.
DAMN
ini adalah malam penghujung bulan April, malam dimana aku berharap dia kembali sehat atas kepulangannya dari rumah sakit. sial, kenyataannya ini adalah malam terlaknat yang harus aku lalui.
Dari balik jendela kamar ini, aku hanya melihat cahaya bulan dikejauhan sana. Hanya cahaya lampu-lampu yang terpancar cerah dari gedung-gedung tinggi di hadapanku.
Ini adalah kali kedua aku mengagumi keindahan kota Jakarta di malam hari, setelah yang pertama saat aku menemaninya di rumah sakit, kini saat aku menangisi kisah dramatis nan menyakitkan dalam hidupku.
Jakarta... benar apa kata mereka, bahwa Ibu Kota Indonesia ini adalah kota yang kejam. Rasa sesal menggelitik sukmaku, mengingatkanku bahwa kejujuran adalah dosa termanis.
Di awal bulan Mei ini aku menangisi kejujuranku.
10 bulan yang lalu, aku jujur bahwa rasa yang aku miliki untuknya adalah rasa suka biasa yang mungkin hanya terbawa emosi sementara. Beberapa bulan kemudian, aku jujur bahwa rasa yang aku miliki untuknya mulai tumbuh dan tumbuh. Hingga akhirnya aku benar-benar jujur bahwa hanya ada dia dalam hati, pikiran, dan hidupku.
Dan itu adalah kesalahan.
Rasaku padanyalah yang membuat kejujuran itu hadir, jika saja saat itu aku menahan rasaku, aku rasa kini, malam ini, aku tidak akan berada disini, menangis mengutuknya yang sudah memperdayaku.
Seminggu sudah berlalu, aku lebih baik dari sebelumnya, meskipun kata 'baik' disini tidak menghapus apapun juga. Ya, seminggu sudah berlalu, dan ini semua berkat teman-teman yang setia menemani, wajah-wajah menjijikkan yang hanya berupa bayangan dalam mimpi, cibiran cewek-cewek penggoda itu, tawa bangga dirinya, film-film cengeng yang diputar salah satu stasiun televisi, lagu-lagu menyindir milik d'massive, Rini idol, dan she, sampai gelapnya kamarku. Aku rasa ada campur tangan malaikat penggoda untuk dua hari terakhir ini, karena meski gelap hawanya melelapkan tidurku, menenangkan hatiku, hingga tawapun mengudara.
Nothing works like you! Kamu yang aku sayangi dan yang menyakitiku, dan kamu juga yang buat aku tertawa disela-sela sakit ini.
Dan hari ini, dimana aku sedang menikmati kembali film-film cengeng yang diputar oleh salah satu stasiun televisi swasta, aku menemukan dua pepatah yang menjadi dialog dalam adegan film tersebut. Tokoh perempuan bernama Reva memberikan pepatah ini kepada mantannya, "perempuan bukan diciptakan dari tulang kaki, yang bisa seenaknya dibuat sakit hati oleh laki-laki dan juga bukan diciptakan dari tulang kepala sehingga bisa semena-mena kepada laki-laki, tapi diciptakan dari tulang rusuk karena dekat dihati untuk dicintai dan dekat dilengan karena untuk dilindungi".
Pepatah itu klasik, tapi untuk saat ini benar-benar membantuku untuk lebih membuka pikiranku menjadi lebih luas dari sebelumnya. Ya, hatiku sakit karena pengkhianatan ini, tapi aku harus kuat. Aku diciptakan untuk dicintai dan dilindungi, dan aku percaya itu. Karena semua sakit ini adalah obat berisi racun yang baik untuk tulangku; untuk kekuatannya dan untuk fungsinya.
Dan sesakit apapun rasanya, toh aku tetap harus melanjutkan hidupku. Dengan atau tanpanya aku tetap hidup dan tetap dalam rasa sakit itu. Tinggal waktu dan bukti penyesalannya yang akan membuat rasa sakit ini hilang, meski dalam kenyataannya cerita ini adalah kenyataan yang menyakitkan.
Ku perhatikan sekilas ekspresi wajahnya sebelum aku kembali ke layar televisi, wajahnya yang pucat karena baru saja bangun dari sakit menjadi semakin pucat setelah membaca sms itu. Padahal aku yakin sekali, beberapa hari sebelumnya, bukan wajah pucat yang dia pancarkan saat membaca sms itu, namun wajah memerah karena tergoda atau mungkin bangga.
DAMN
ini adalah malam penghujung bulan April, malam dimana aku berharap dia kembali sehat atas kepulangannya dari rumah sakit. sial, kenyataannya ini adalah malam terlaknat yang harus aku lalui.
Dari balik jendela kamar ini, aku hanya melihat cahaya bulan dikejauhan sana. Hanya cahaya lampu-lampu yang terpancar cerah dari gedung-gedung tinggi di hadapanku.
Ini adalah kali kedua aku mengagumi keindahan kota Jakarta di malam hari, setelah yang pertama saat aku menemaninya di rumah sakit, kini saat aku menangisi kisah dramatis nan menyakitkan dalam hidupku.
Jakarta... benar apa kata mereka, bahwa Ibu Kota Indonesia ini adalah kota yang kejam. Rasa sesal menggelitik sukmaku, mengingatkanku bahwa kejujuran adalah dosa termanis.
Di awal bulan Mei ini aku menangisi kejujuranku.
10 bulan yang lalu, aku jujur bahwa rasa yang aku miliki untuknya adalah rasa suka biasa yang mungkin hanya terbawa emosi sementara. Beberapa bulan kemudian, aku jujur bahwa rasa yang aku miliki untuknya mulai tumbuh dan tumbuh. Hingga akhirnya aku benar-benar jujur bahwa hanya ada dia dalam hati, pikiran, dan hidupku.
Dan itu adalah kesalahan.
Rasaku padanyalah yang membuat kejujuran itu hadir, jika saja saat itu aku menahan rasaku, aku rasa kini, malam ini, aku tidak akan berada disini, menangis mengutuknya yang sudah memperdayaku.
Seminggu sudah berlalu, aku lebih baik dari sebelumnya, meskipun kata 'baik' disini tidak menghapus apapun juga. Ya, seminggu sudah berlalu, dan ini semua berkat teman-teman yang setia menemani, wajah-wajah menjijikkan yang hanya berupa bayangan dalam mimpi, cibiran cewek-cewek penggoda itu, tawa bangga dirinya, film-film cengeng yang diputar salah satu stasiun televisi, lagu-lagu menyindir milik d'massive, Rini idol, dan she, sampai gelapnya kamarku. Aku rasa ada campur tangan malaikat penggoda untuk dua hari terakhir ini, karena meski gelap hawanya melelapkan tidurku, menenangkan hatiku, hingga tawapun mengudara.
Nothing works like you! Kamu yang aku sayangi dan yang menyakitiku, dan kamu juga yang buat aku tertawa disela-sela sakit ini.
Dan hari ini, dimana aku sedang menikmati kembali film-film cengeng yang diputar oleh salah satu stasiun televisi swasta, aku menemukan dua pepatah yang menjadi dialog dalam adegan film tersebut. Tokoh perempuan bernama Reva memberikan pepatah ini kepada mantannya, "perempuan bukan diciptakan dari tulang kaki, yang bisa seenaknya dibuat sakit hati oleh laki-laki dan juga bukan diciptakan dari tulang kepala sehingga bisa semena-mena kepada laki-laki, tapi diciptakan dari tulang rusuk karena dekat dihati untuk dicintai dan dekat dilengan karena untuk dilindungi".
Pepatah itu klasik, tapi untuk saat ini benar-benar membantuku untuk lebih membuka pikiranku menjadi lebih luas dari sebelumnya. Ya, hatiku sakit karena pengkhianatan ini, tapi aku harus kuat. Aku diciptakan untuk dicintai dan dilindungi, dan aku percaya itu. Karena semua sakit ini adalah obat berisi racun yang baik untuk tulangku; untuk kekuatannya dan untuk fungsinya.
Monday, 12 April 2010
Beda - Andity
Ku ingin bertanya
Sungguhkah kau sayang aku
Kadang aku pun meragu
Engkau tampak beda
Tak seperti dulu
Mungkin waktu yang tlah mengubah
Kenyataan atau mimpikah diriku dengan
Semua ini meski ku tak berubah
Hanya kau yang menyita seluruh hatiku
Disini
Ku tak pernah berpikir
Ada yang lain dihatimu
Tapi bila
Begitu adanya
Jangan kau membisu
Ungkapkan padaku
Mungkin waktu yang tlah mengubah
Kenyataan atau mimpikah diriku dengan
Semua ini meski ku tak berubah
Hanya kau yang menyita seluruh hatiku
Disini
Takkan ada yang mampu
Sungguhkah kau sayang aku
Kadang aku pun meragu
Engkau tampak beda
Tak seperti dulu
Mungkin waktu yang tlah mengubah
Kenyataan atau mimpikah diriku dengan
Semua ini meski ku tak berubah
Hanya kau yang menyita seluruh hatiku
Disini
Ku tak pernah berpikir
Ada yang lain dihatimu
Tapi bila
Begitu adanya
Jangan kau membisu
Ungkapkan padaku
Mungkin waktu yang tlah mengubah
Kenyataan atau mimpikah diriku dengan
Semua ini meski ku tak berubah
Hanya kau yang menyita seluruh hatiku
Disini
Takkan ada yang mampu
Menggantikan satu dirimu
Subscribe to:
Posts (Atom)