Wednesday 23 March 2011

penggelan cerita yang terkubur

"aku akan selalu ada untuk kamu, meski kamu bahagia dengannya, karena ku yakin pada akhirnya kamu milikku", hanya sepenggal kalimat namun mampu membuat aku menggigil ditengah malam ini.
Tuhan, salahku kah yang hadir dalam hidupnya? Namun salah Tuhan memberiku kesempatan bertemu dengannya.
Aku tak menampik bahwa aku menyayanginya, tapi aku menyesal rasa sayang ini membuatku menderita. Menderita karena dia masih mencoba dan mengharapkannya, menderita karenanya masih memikirkan dia disela-sela memikirkanku, dan menderita karena keegoisanku yang tak ingin melepaskanya.
Aku mencoba bertahan dalam rasa sakit. Apa aku masih mempercayainya? Dalam hal rasa cinta, tentu tidak. Tapi aku merasakannya, meski pada kenyataan sebelum dia hadir merusak segala rasa percayaku, aku merasakan hal yang sama: rasa cintanya padaku itu nyata.
Masihkah aku harus mempercayai rasaku yang pernah mengkhianati diriku sendiri ini?


-----------------------


Mataku terpejam namun otak ini terus bekerja. Lelah. Cukup sudah rasa mengharap ini.
Pernahkah berfikir "jangan sedih, semua akan baik-baik saja"? Aku berfikir seperti itu. Dulu. Bukan sekarang. Bukan disaat semua orang mendapat perlakuan yang sama dengaku olehmu.
Ini tidak akan baik-baik saja. Itu yang paling benar.
Aku mengkhawatirkan diriku sendiri karena kamu lebih mengkhawatirkannya dibandingkan aku sendiri. Aku tidak peduli padamu karena kamu tidak sepeduli kamu padanya terhadapku.
Ini bukan soal keadilan, ini soal bagaimana kamu memperlakukan orang yang kamu sebut cinta. Kepercayaan tidak bekerja untuk kita. Namun aku percaya kamu akan jauh lebih bahagia jika bukan aku yang kamu cintai, khawatirkan, dan/atau pedulikan.


----------------------


Saat hati ini tertutup, karena hanya dapat menerima cintamu, apakah kamu melakukan hal yang sama? Demi Tuhan, tidak ada manusia lain yang aku cintai selain dirimu. Namun tiada manusia lain pun yang membuatku gelisah seperti sekarang ini.
Apa yang membuatku seperti ini?
Pengalaman atau murni dari hati?
Tetap saja keduanya adalah hal terindah dan termenyakitkan yang pernah ku alami. Dan kenyataan terpahit adalah disaat sebuah pilihan yang memberatkan jawaban meninggalkanmu.
Berusaha mencintai, menerima, atau memaafkan dirimu adalah hal mudah bagiku. Namun meninggalkan atau melupakanmu adalah hal yang sulit.
Ya, sulit. Namun tetap harus aku jalani, meninggalkanmu jauh lebih baik untuk semuanya, meski bukan baik untukku.

Thursday 10 February 2011

Saya Bukan Jemaat Ahmadyah

Saya bukan jemaat Ahmadyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahamadyah. Namun sungguh disayangkan dengan apa yang terjadi pada tanggal 6 Februari 2011 lalu, yang lebih dikenal dengan sebutan "Tragedi Cikeusik". Apa yang terjadi pada tragedi hari itu adalah sebuah pembunuhan yang keji, jahiliyah, tak bermoral dan sangat biadab.
Saya bukan jemaat Ahmadyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahamdyah.. Namun saya mengutuk mereka yang sudah membunuh dengan biadab dengan dalih Agama serta mengumandangkan takbir. Sugguh tak mencerminkan seorang muslimin, dan Islam adalah agama yang penuh demean kasih sayang bukan kekerasan.
Saya bukan jemaat Ahmadyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahmadyah.. Namun saya mengenal satu keluarga jemaat Ahmadyah (Qadiyan). Mata saya tidak buta, dan hati saya pun tidak gelap. Mereka yang mengatakan bahwa Ahamadyah ini itu dengan segala keburukan yang tersebar mengenau jemaat adalah sebuah fitnah.
Saya bukan jemaat Ahamdyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahmadyah.. Namun alhamdulillah Allah swt mempertemukan saya dengan mereka yang jemaat Ahmadyah Qadiyan bukan Lahore, arena dengan begitu saya menjadi tahu hal yang sebenarnya dari fitnah-fitnah yang terlanjur tersebar.
Saya bukan jemaat Ahmadyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahmadyah.. Namun dengan ucapan saya yang menyangkal fitnah orang-orang terhadap jemaat membuat saya dimusuhi. Padahal tidak ada dari mereka (jemaat) yang memaksa saya untuk mengikuti mereka. Ini mata saya, dan saya hanya telah membuktikan isu-isu yang beredar mengenai jemaat.
Saya bukan jemaat Ahamadyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahmadyah.. Namun saya ingin memberitahukan dan meluruskan fitnah yang telah kita sebarkan mengenai jemaat Ahmadyah. Segala sesuatu yang ada pada ajaran Ahmadyah adalah sama adanya dengan Islam yang kita yakini. Mereka (jemaat Qadiyan) tidak melarang saya untuk shalat dimesjidnya, syahadat mereka sama, mereka tidak menganggap saya kafir, dan mereka pun pergi haji ke Mekkah. Ya benar adanya mengenai bagaimana Ahamadyah mentafsirkan "khataman nabiyyin" dengan yang kita tafsirkan. Diluar satu hal itu, lain halnya adalah fitnah.
Saya bukan jemaat Ahmadyah.. Saya juga tidak akan masuk jemaat Ahamdyah. Namun meski begitu tidaklah pantas kita yang hanya manusia biasa mengambil kuasa Allah swt dalam menghakimi suatu kaum. Dan mohon ingat kembali bahwa "fitnah lebih kejam dari pembunuhan", sebaik-baiknya sikap adalah jangan menyebarkan isu dan/berargumen jika kita tak mengetahuinya secara langsung. Semoga Allah swt menunjukan kebenaran yang hakiki.